Suara.com – 84,3% penderita cacar air adalah laki-laki berjenis kelamin sama. Dari jumlah tersebut, 6,5 persen diidentifikasi sebagai homoseksual.
Pernyataan tersebut disampaikan dokter kulit dr. Hanny Nilasari, Sp.D.V.E., Subsp. Ven., FINSDV, FAADV. Pada Kamis (11/2/2023), dia mengaku “sangat muda, 31-40 tahun. Penularan penyakit ini terjadi melalui hubungan seksual dan hubungan seks yang tidak aman tanpa kondom.”
Menurut Hanny, penyedia layanan kesehatan sebaiknya menanyakan riwayat seksual pasien jika mencurigai kasus sifilis atau cacar monyet (Mpox).
Gejala cacar air biasanya diawali dengan sakit kepala disertai demam di atas 38 derajat Celcius, sakit tenggorokan, dan pembengkakan kelenjar getah bening, kemudian diikuti ruam setelah satu atau tiga hari.
Ruam tersebut bermanifestasi sebagai ruam merah kecil yang menyebar ke seluruh area, misalnya di tangan, lalu di area genital, kaki, dan lain-lain.
Ruam diawali dengan penebalan area kulit kepala di wajah dan ekstremitas, namun bisa juga muncul di telapak tangan dan telapak kaki, kata Honey.
Ruam tersebut kemudian disertai lepuh dan benjolan dengan nanah di atasnya, kemudian muncul bekas luka. Ketika ruam berkembang menjadi maag, pasien biasanya mengalami gejala khas berupa nyeri atau gatal, dan ketika muncul bekas luka, biasanya akan terasa gatal.
Dijelaskan Honey, gejala tersebut berbeda dengan penyakit cacar air yang biasanya ditandai dengan demam hingga 39 derajat celcius, kemudian ruam yang muncul bersamaan bisa muncul dalam berbagai bentuk, seperti kemerahan, mengganjal, lesu, dan timbul. Pada tahapan yang berbeda.
“Pada cacar air, ruam ini berkembang sangat cepat dan cepat berubah menjadi retakan dalam beberapa hari. Ruam menebal di sekitar batang tubuh lalu menyebar ke tangan dan kaki. Dijelaskan.
Ia menambahkan, ruam biasanya disertai rasa gatal. Kematian akibat penyakit ini sangat jarang terjadi, terutama pada anak-anak. (Di antara)