Pakar Minta Waspada Soal Misinformasi Dampak BPA: Berbagai Penelitian Belum Terbukti

JAKARTA – Pakar teknologi plastik Wiyo Wahono menjelaskan, hasil penelitian mengenai efek bisphenol A (BPA) pada manusia tidak bisa dijadikan acuan. Sebab, penelitian mengenai efek BPA telah dilakukan pada hewan laboratorium.

Menurutnya, hasil percobaan tersebut tidak relevan jika diterapkan pada manusia. Hal ini juga membuat lebih langsung hasil penelitian yang dilakukan oleh universitas di Indonesia yang memberikan BPA pada hewan laboratorium. Gulir untuk melihat informasi lebih lanjut.

“Meski hewan-hewan tersebut mengalami gangguan kesehatan, namun belum dapat disimpulkan bahwa BPA akan menyebabkan gangguan kesehatan pada manusia,” kata Wei di Jakarta.

Pernyataan ini sekaligus membantah penipuan BPA yang disebut-sebut berbahaya bagi kesehatan manusia. Kekesalan atas kekhawatiran terhadap berita palsu diungkapkan akun Tiktok @doktor_plastik.

Dalam video tersebut, seorang profesor teknologi plastik di sebuah universitas Jerman juga meminta penonton untuk waspada dan tidak menjadi korban informasi palsu. Meminta audiens untuk lebih memperhatikan penyerapan informasi terkait BPA.

Dia menekankan, “Ini adalah informasi menyesatkan yang harus kita waspadai.”

Ia mengungkapkan, banyak negara Eropa yang belum memiliki peraturan BPA, kecuali botol bayi. Ia melanjutkan, bahkan permintaan Otoritas Keamanan Pangan Eropa (EFSA) untuk mengurangi asupan harian yang dapat ditoleransi (TDI) BPA ditolak oleh Badan Obat Eropa (EMA).

Otoritas Keamanan Pangan Eropa ingin menurunkan TDI dari 4 mikrogram menjadi 0,2 ng/kg berat badan per hari, atau sekitar 20.000 kali lebih sedikit. TDI merupakan batas toleransi yang dihitung terhadap perpindahan senyawa kimia dari kemasan pangan ke dalam tubuh manusia.

Otoritas Keamanan Pangan dan Bahan Kimia Jerman (BfR) juga menolak menurunkan TDI. Kedua lembaga keamanan pangan tersebut mengklaim bahwa hasil penelitian pada hewan laboratorium tidak serta merta berlaku pada manusia.

READ  Rutin Minum Susu Cegah Osteoporosis? Kata Dokter Cuma Mitos

“Tidak ada bukti bahwa 0,2 adalah angka aman. Tidak jelas dari mana asal 0,2 nanometer,” ujarnya.

Seperti kita ketahui, akhir-akhir ini banyak beredar informasi mengenai bahaya BPA yang terdapat pada wadah galon yang dapat digunakan kembali. Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin sebelumnya telah memastikan air minum kemasan isi ulang aman bagi anak-anak dan ibu hamil.Menurut dia, isu tersebut terkait risiko penggunaan air minum kemasan yang dapat digunakan kembali dan merupakan berita bohong.

Banyak pakar dari dunia kimia, dunia kedokteran, bahkan dunia hukum. Perlu diingat bahwa perdebatan dan dorongan pelabelan BPA hanyalah sebuah kompetisi bisnis. Ditulis oleh Profesor Ningrum Nataya Siret, pakar hukum persaingan dagang. Menurutnya, isu dan dorongan pelabelan BPA sarat dengan persaingan komersial. Sebab, sasarannya hanya pada satu paket nutrisi. Ini adalah galon yang dapat digunakan kembali.

Guru Besar Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara ini juga mengimbau pemerintah tidak memaksakan klasifikasi tersebut. Lebih lanjut, risiko BPA dalam dunia kesehatan masih menjadi pro dan kontra atau ambigu.

“Jadi jangan dipaksakan, nanti jadi beban konsumen. Saya sebagai pakar hukum bisnis tentu bertanya-tanya soal itu. Jadi aturan pelabelan BPA siapa yang baik untuk siapa?” ujarnya. Dan kemasan makanannya harusnya menyinggung. Untuk aborsi, kita hati-hati jangan sampai salah mengonsumsinya, ibu hamil tidak disarankan mengonsumsi daging jenis ini karena makanan jenis ini terkadang mengandung bakteri yang dapat menyebabkan keguguran pada sebagian orang.. VIVA.co.co.Desember 29 , 2023

You May Also Like

About the Author: admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *