Liputan6.com, Jakarta – Meningkatnya kasus pneumonia mikoplasma di China menunjukkan bahwa penyakit tersebut masih menjadi masalah yang harus dipecahkan.
Di Indonesia, dua hingga tiga anak meninggal setiap jamnya karena penyakit paru-paru. Ini adalah data UNICEF tahun 2018.
Pneumonia pada anak biasanya disebabkan oleh infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) akut, kata Ahli Kesehatan Anak, Asisten Perawatan Saluran Pernapasan Anak, RS Pondok Indah – Pondok Indah.
Gejala pneumonia biasanya diawali dengan demam, batuk, atau pilek, diikuti gejala sesak napas parah yang berkembang dalam waktu 14 hari.
Gejala dispnea ditandai dengan sesak napas, seperti adanya tarikan pada dinding dada saat menarik napas atau melalui hidung. Sesak napas menandakan anak tidak mendapat cukup oksigen.
“Jika hal ini terjadi pada anak Anda, segera bawa ke rumah sakit,” kata Vayuni dalam siaran persnya, Jumat (8/12/2023).
Vahyuni berbagi cara mengenali tanda-tanda tersedak pada bayi dengan meletakkan tangan di dada bayi dan menghitung napas bayi sebentar.
Asfiksia ditandai dengan frekuensi pernapasan yang cepat, yaitu: lebih dari 60 napas per menit untuk anak di bawah 2 bulan, lebih dari 50 napas per menit selama 2 bulan – 1 tahun, dari 1 tahun hingga 5 tahun, 40 napas/menit untuk orang tua dari 5 tahun, lebih dari 30 napas per menit.
Pneumonia dapat disebabkan oleh infeksi virus, bakteri, atau jamur. Penyebab paling umum adalah virus atau bakteri.
Upaya preventif yang dapat dilakukan dapat dimulai dari mencegah penyebaran infeksi di lingkungan.
Misalnya saat kita sakit, kenakan masker dengan benar, patuhi protokol batuk dan bersin yang benar, tutup mulut dengan lengan atas atau tisu, lalu buang ke tempat sampah.
Hal yang dapat dilakukan untuk mencegah penyebaran infeksi adalah dengan mencuci tangan dengan sabun dan air setiap habis batuk dan bersin, terutama di tempat umum, sebelum makan, dan lain-lain. Hal ini tidak hanya berlaku bagi orang tua saja, namun juga bagi anak-anak.
Selain itu, penyakit paru dapat dicegah dengan cara: Pemberian ASI Eksklusif Menjaga status gizi yang baik Menghindari perokok pasif dan polusi udara lainnya Melindungi anak dengan vaksin yang dapat mencegah pneumonia.
Saat ini, sudah banyak vaksin yang melindungi anak dari penyakit ini. yaitu vaksin Difteri Pertusis Tetanus Haemophilus influenza B (DPT Hib) yang merupakan vaksin. vaksin pneumokokus (PCV), vaksin influenza dan vaksin MR (campak).
Menurut Dana Anak-anak Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNICEF), dibandingkan penyakit menular lainnya, pneumonia merupakan penyebab utama kematian pada anak.
Oleh karena itu, sebagai upaya pencegahan, penting bagi orang tua untuk melakukan langkah-langkah berikut: Sekitar 50 persen kematian akibat pneumonia disebabkan oleh polusi udara, jadi jika Anda sakit, gunakan masker dengan benar. Latih kebiasaan batuk dan bersin yang benar agar tidak menulari anak lain. Studi menunjukkan bahwa mencuci tangan dengan sabun dapat menurunkan risiko pneumonia hingga 50 persen. Pemberian ASI eksklusif selama enam bulan pertama merupakan cara terbaik untuk melindungi bayi dari pneumonia dan infeksi lainnya. Minumlah air bersih yang sudah matang dan praktikkan kebersihan rumah tangga yang baik. Imunisasi merupakan cara terbaik untuk melindungi anak dari pneumonia.
Jika anak Anda terdiagnosis pneumonia, pengobatan sebaiknya dilakukan di rumah sakit, karena korban sering kali mengalami sesak napas dan membutuhkan oksigen.
Oksigen dapat diberikan sesuai kebutuhan. Dalam kasus yang parah, ventilasi dapat digunakan di unit perawatan intensif.
Antibiotik, cairan, dan nutrisi yang cukup dapat diberikan kepada anak Anda selama pengobatan, sedangkan pernapasan dan fisioterapi biasanya tidak diberikan kepada penderita penyakit paru-paru.