Sosok Inspiratif Palestina, Wael Al-Dahdouh Jurnalis yang Terluka Lalu Kembali Bekerja

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Serangan di Gaza Palestina belum berhenti. Melalui ketangguhan masyarakat Palestina, dunia telah belajar banyak tentang makna perang, termasuk ketangguhan kerja para jurnalis Palestina.

Salah satu jurnalis yang kini menjadi sorotan adalah jurnalis Aljazeera Wael al-Dahdouh. Ia diketahui mengabdikan hidupnya sebagai reporter berita, khususnya untuk situasi Palestina.

Beberapa hari lalu dia dan juru kamera Samer Abudaka diserang Israel. Samer meninggal dan Vael terluka di lengan. Meski terluka, Samer menilai kembali bekerja bukanlah hal yang sulit mengingat rekannya telah meninggal dunia.

Seorang rekan jurnalis Palestina juga mengunggah dedikasi Wael yang begitu besar hingga tak kalah hatinya. “Liputannya terus berlanjut di tengah rasa sakit yang luar biasa,” tulis akun anak pertamanya @hamza_w_dahdouh pada caption foto Wael yang diunggah ke Instagram miliknya.

Namun, ini bukan pertama kalinya Wael merasakan kesedihan karena kehilangan orang yang dicintainya pasca Israel melakukan genosida terhadap Palestina. Pada awal November 2023, saat berdiri di dinding Rumah Sakit Syuhada Al-Aqsa, Wael menatap kosong.

Ia harus mengucapkan selamat tinggal terakhir kepada istri, putra, putri dan cucunya yang baru saja tewas dalam serangan udara Israel yang menghantam rumah tempat mereka berlindung. Pada titik ini giliran dia untuk menginterogasi rekannya, karena dia selalu menginterogasi banyak orang hilang.

Dia menangis ketika menyebutkan nama putranya yang berusia tujuh tahun, Shami. Cucu bungsu Vaeli adalah Ademi yang berusia satu setengah tahun.

“Saudara laki-laki dan sepupu saya ada di sana, putri saya semuanya terluka. “Tetapi saya rasa saya harus bersyukur kepada Tuhan bahwa setidaknya beberapa anggota keluarga saya selamat,” kata Wael saat itu.

Rumah yang diserang keluarga Wael bukanlah rumahnya, karena rumahnya berada di Tel-el-Hawa, Kota Gaza, namun mereka harus keluar karena terlalu berbahaya.

READ  Resensi Film WONKA (2023): Prekuel Musikal yang Menjanjikan, Membangkitkan Semangat dan Memukau Secara Visual

Wael, 52 tahun, siang dan malam meliput berita tentang apa yang terjadi di Gaza. Dia mengkhawatirkan keluarganya karena penembakan yang tiada henti di bagian utara Jalur Gaza.

Maka perempuan tersebut, Amna, dan anak-anaknya, sebagian bersama pasangan dan anak-anaknya, berpindah dari satu tempat ke tempat lain hingga mereka berakhir di kamp pengungsi Nuseirat di selatan Wadi Gaza, bersama beberapa anggota keluarga lainnya.

Wael mengira mereka akan aman di sana karena di kawasan itulah Israel meminta warga Palestina untuk pindah ke Gaza. “Ini adalah momen yang sulit dalam kehidupan seorang jurnalis Palestina ketika mereka meliput sebuah insiden untuk dijadikan berita dan mengetahui bahwa pemberitaan tersebut adalah keluarga mereka,” kata Wael.

Wael dan Amna mempunyai delapan orang anak, yaitu: Hamzah (27), Bisan (25), Sundus (23), Khulud (21), Batuli (18), Mahmud (15), Yehia (12) dan Shami yang berusia tujuh tahun. . . .

Hamzah dan Bisani tak ada di rumah, namun bergegas menuju lokasi kejadian. Ibu mereka, Mahmoud dan Shami hilang, Yehia terluka parah dan saudara-saudara mereka terluka dalam berbagai tingkat. Adam, cucu mereka, juga meninggal.

Dua tahun lalu, selama 11 hari pemboman Israel di Jalur Gaza, keluarga Wael selamat dari serangan terhadap rumah sebelah. Dia mengatakan kepada Aljazeera+ Arab pada saat itu bahwa keluarganya dipecah menjadi beberapa rumah anggota keluarga dengan harapan beberapa akan bertahan hidup.

Dan inilah realita kehidupan di Gaza selama bertahun-tahun. Penderitaan hidup di Palestina tidak hanya dimulai pada tanggal 7 Oktober 2023 saja, namun sudah selalu dirasakan oleh masyarakat Palestina sejak tahun 1948.

You May Also Like

About the Author: Dea

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *