REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menekankan pentingnya pendaratan kelapa sawit di Indonesia untuk meningkatkan nilai tambah industri pertanian, termasuk perkebunan. “Hilirisasi perlu kita promosikan karena melalui hilir kita mendapatkan nilai tambah, kita negara besar, kelapa sawit kita terbesar di dunia, apalagi kalau kita bekerjasama dengan negara lain,” kata Menteri Pertanian Amran saat membuka acara. Pengurus Pusat Asosiasi Petani Kelapa Sawit PIR (ASPEKPIR Indonesia) dan focus group diskusi percepatan PSR, Sapras dan Tumpang Sari dalam keterangan tertulis, Selasa (19/12/2023).
Berdasarkan data Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA), Indonesia merupakan produsen minyak sawit terbesar di dunia, dengan produksi CPO diperkirakan mencapai 45,5 juta metrik ton (MT) pada tahun 2022/2023. Sebagai produsen minyak sawit terbesar, Indonesia harus bisa menentukan harga minyak sawit dunia, kata Menteri Pertanian Amran.
“Harganya harus kita tentukan karena kita produsennya,” kata Amran.
Ia mengatakan, Indonesia membutuhkan program pembangunan berkelanjutan tidak hanya untuk mempertahankan dan meningkatkan produksi minyak sawit dalam negeri. Hal ini juga diperlukan untuk mendorong percepatan tata kelola hilir dan kelapa sawit berkelanjutan.
“Kalau program kita terus berjalan, negara ini sudah ekspor dan pasti mandiri. Indonesia kaya akan ide, jadi yang dibutuhkan adalah ide, aksi, stabilitas, dan karakter,” kata Amran.
Dihadapan Dewan Pengurus Pusat (ASPEKPIR Indonesia), beliau berpesan agar asosiasi-asosiasi di bidang kelapa sawit dapat bersinergi membangun kemajuan kelapa sawit di Indonesia agar selaras satu sama lain.
“Kita mau gabung, harus, harus tampil sebagai panutan dulu, kita harus tampil baik agar bisa bertahan, tentu bisa,” ujarnya.
