Kemenperin Turunkan Tim Penanganan Kecelakaan Kerja di ITSS Morowali

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Kementerian Perindustrian (Kememperin) telah menunjuk tim khusus penanganan kecelakaan kerja di pabrik pengolahan nikel PT Indonesia Tingshan Tingshan (ITSS) yang beroperasi di Morawali Industrial Park (IMIP). ) wilayah Sulawesi Tengah.

“Setelah kecelakaan ini, kami mendapat informasi bahwa para korban mendapat perawatan yang baik. Kami juga berharap pihak perusahaan dapat bekerja sama dengan tim investigasi kecelakaan kerja yang dikirim ke lokasi. Kami berharap kejadian serupa tidak terulang kembali,” kata juru bicara Kementerian. Industri Fabri Hendri Antoni. kata Arif di Jakarta, Minggu (24/12/2023) dalam pengumumannya.

Febri mengatakan, hasil pemeriksaan tim investigasi tidak hanya mencari penyebab terjadinya bencana di PT ITSS, tetapi juga mengevaluasi perusahaan untuk lebih memantau dan mengendalikan penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).

Oleh karena itu Standar Operasional Prosedur (SOP) sangat berkaitan dengan personel dan teknologi yang digunakan dijaga dengan baik, katanya.

Bagi Kementerian Perindustrian, penerapan K3 penting untuk mencegah dan mengurangi angka kecelakaan kerja di sektor industri.

“Penerapan K3 harus menjadi prioritas dunia usaha di Indonesia. Kita menyambut baik dan mendorong sektor industri agar budaya K3 diperkenalkan kepada seluruh jajaran perusahaan,” lanjutnya.

Kementerian Perindustrian juga menyampaikan keprihatinannya terhadap kecelakaan kerja yang terjadi di pabrik peleburan nikel ITSS.

“Kami turut berduka cita sedalam-dalamnya kepada keluarga yang ditinggalkan. “Saya berharap, perusahaan dapat memenuhi hak-hak pekerja yang menjadi korban baik meninggal maupun luka-luka,” ujarnya.

Head of Media Relations PT IMP Dedy Kurniawan mengatakan perkembangan terakhir hingga pukul 16.15 Wita menunjukkan situasi di lokasi kejadian aman terkendali. Korban tewas terkonfirmasi sebanyak 13 orang, terdiri dari 9 pekerja Indonesia dan 4 pekerja Tiongkok.

Pada saat yang sama, total 46 korban luka-luka akibat terkena uap api. Sebanyak 29 orang korban luka telah dirujuk ke RSUD Morowali, 12 orang dirawat di Klinik IMP dan 5 orang rawat jalan.

READ  Antisipasi Perubahan Permintaan Batu Bara Indonesia, Ini Saran ASPEBINDO

Manajemen PT IMP menanggung seluruh biaya perawatan dan pengobatan para korban pasca kecelakaan, serta santunan kepada keluarga korban.

“Satu jenazah korban juga sudah kami serahkan kepada keluarga korban,” jelasnya.

Menurut Dedy, tungku smelter No. 41 tempat terjadinya kebakaran masih ditutup untuk kegiatan pemeliharaan. Saat tungku tidak digunakan dan sedang dalam proses pembuatan, sisa terak atau terak keluar dari tungku dan bersentuhan dengan bahan mudah terbakar di area tersebut. Dinding tungku runtuh dan sisa terak besi mengalir keluar sehingga menyebabkan api menyebar.

Akibatnya, para pekerja terluka bahkan meninggal di lokasi.

Hasil penetapan penyebab kecelakaan ini memastikan tabung oksigen tidak meledak seperti diberitakan sebelumnya, kata Dedy.

Saat ini tim PT IMP sedang berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait antara lain perencana keamanan, Satuan Nasional Pengamanan Objek Penting (PAM Obvitnas) kawasan IMP, Polda Sulteng, Danrem Tadulako serta aparatur pemerintah di Kabupaten Bahodopi dan Negeri Morowali. .

You May Also Like

About the Author: admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *