Lindungi Sawit, Indonesia Malaysia Menggedor Pintu UE agar Tak Buat Aturan Bernafaskan Imperialisme

Liputan6.com, Jakarta Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto menguraikan serangkaian upaya pemerintah untuk melindungi industri kelapa sawit Indonesia. Salah satunya, Indonesia dan Malaysia, sepakat memprotes peraturan yang dikeluarkan Uni Eropa (UE) yang dianggap sebagai bentuk imperialisme perkebunan.

Faktanya, minyak sawit merupakan komoditas penting untuk ekspor negara, dan pemerintah terus meningkatkannya untuk membantu merangsang pertumbuhan ekonomi.

Menko Airlangga mengatakan, setidaknya ada tiga hal mendasar yang akan menjadi tantangan ke depan dan EUDR berpotensi mengeluarkan petani kelapa sawit dari rantai pasok global.

Lalu ada Peraturan Perlindungan Data Umum yang mengharuskan semua petani dengan produk yang ditargetkan oleh EUDR untuk menyerahkan data geolokasi perkebunan tanpa ada jaminan hukum bahwa data tersebut akan dilindungi, dan EUDR mengelompokkan negara ke dalam tiga kategori, risiko rendah, sedang. mempertaruhkan. dan risiko tinggi.

“Tentu kami ingin Indonesia berisiko rendah. Oleh karena itu, isu keberlanjutan menjadi prioritas utama pemerintah, kata Wakil Presiden Joko Widodo saat memberikan pidato pada Pertemuan Nasional Petani Kelapa Sawit dalam rangka HUT ke-23 Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (APKASINDO) di Jakarta, Kamis (7/12). . /2023).

Setelahnya, Menko Airlangga juga menyampaikan bahwa pemerintah bersama Malaysia mengadakan misi bersama pada Mei 2023 untuk menyuarakan keberatan terhadap EUDR.

Setelah itu, dibentuklah kelompok kerja gabungan antara Indonesia, Malaysia, dan UE untuk memastikan bahwa penerapan EUDR tidak merugikan negara-negara produsen.

“Pemerintah menciptakan misi bersama. Saya berangkat bersama Wakil Perdana Menteri Malaysia untuk mengetuk pintu Uni Eropa agar mereka tidak membuat peraturan yang berbau imperialisme tumbuhan. “Inilah yang ingin kita prioritaskan pada kemampuan nasional,” tegas Menko Airlangga.

Pada tahun 2022, menurut catatan, Indonesia mampu memproduksi minyak sawit sebanyak 46,82 juta ton. Sedangkan luas perkebunan kelapa sawit skala kecil pada tahun 2022 mencapai 6,21 juta hektar atau 40,51% dari total luas perkebunan kelapa sawit di Indonesia.

READ  Dinilai Mendesak, RUU Perkoperasian Harus Segera Dirampungkan

“Indonesia adalah produsen minyak sawit terbesar di dunia dan lebih dari 16 juta ton dihasilkan oleh petani kecil,” ujarnya.

Untuk meningkatkan produktivitas perkebunan kelapa sawit skala kecil, pemerintah memperkenalkan Program Pembaruan Kelapa Sawit Masyarakat (PSR).

Pada periode 2017-2023, luas kebun rakyat yang direvitalisasi mencapai 306 ribu hektare untuk 134 ribu petani dengan total dana yang disalurkan sebesar 8,5 triliun. “Namun itu belum cukup. Arahan Presiden untuk 300 ribu petani lagi,” kata Menko Airlangga.

Upaya pemerintah lainnya adalah Program Sarana dan Prasarana berupa bantuan benih, pupuk, pestisida, dan mesin pertanian.

Sebagai bagian dari peningkatan sumber daya manusia petani kelapa sawit, pemerintah juga memberikan bantuan program pendidikan dan pelatihan, dengan jumlah penerima manfaat mencapai lebih dari 7.000 orang pada tahun 2023 dengan total dana sebesar Rp127 miliar.

“Pemerintah terus mendukung industri kelapa sawit. “Dan saat ini andalan Indonesia adalah nilai ekspor minyak sawit senilai US$29,66 miliar pada tahun 2022. Ini merupakan ekspor terbesar bersama nikel,” kata Menko Airlangga.

Dalam kesempatan HUT APKASINDO, Menko Airlangga juga menyampaikan tantangan industri kelapa sawit terkait kebijakan Uni Eropa untuk memerangi deforestasi (EUDR) serta menyoroti permasalahan penting yang perlu segera diatasi oleh APKASINDO, khususnya terkait verifikasi data keberlanjutan tanah dan ISPO. sertifikasi.

Lebih lanjut, terkait verifikasi data viabilitas tanah dan sertifikasi ISPO, Menko Airlangga meminta agar kedua hal tersebut segera diselesaikan.

Peningkatan sertifikasi ISPO ini cukup signifikan mengingat penerapan sertifikasi ISPO pada 6 Desember 2023 sebanyak 819 sertifikat, dimana 107 sertifikat diantaranya untuk perkebunan kelapa sawit skala kecil seluas 426.000 ha.

Rendahnya implementasi sertifikasi ISPO bagi petani sawit skala kecil mendorong pemerintah melakukan perubahan peraturan dimana pemerintah akan memberikan bantuan biaya sertifikasi ISPO bagi petani sawit skala kecil. Bantuan tersebut meliputi kegiatan yang berkaitan dengan tanda daftar usaha perkebunan, pernyataan kemampuan pengelolaan lingkungan hidup, pelatihan sistem pengendalian internal, pendampingan, serta sertifikasi dan/atau pengawasan.

READ  Memilih Saham Emiten Ritel di Tengah Momen Libur Nataru

Menko Airlangga juga menegaskan, dalam waktu satu bulan tim APKASINDO akan mampu menyelesaikan berbagai permasalahan terkait verifikasi data viabilitas tanah dan sertifikasi ISPO.

“Semua materi rapat sudah rampung dan hasilnya nyata kesejahteraan petani. “800 ribu hektare, petani 300 ribu,” pungkas Menko Airlangga.

Menko Airlangga dalam kesempatan itu didampingi oleh Dida Gardera, Perwakilan Koordinasi Pangan dan Pertanian Kementerian Koordinator Perekonomian.

You May Also Like

About the Author: melia

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *