JAKARTA – Universitas Prasetiya Mulya melepas 1.281 wisudawan terbaiknya pada tahun ini dengan mengusung tema “Di era kolaborasi manusia-mesin”. Lulusan diajak memasuki babak baru era kolaborasi manusia dengan kecerdasan buatan.
Wakil Presiden Yayasan Prasetiya Mulya Edwin Soeryadjaya menjelaskan perubahan yang terjadi di sekitar kita, seperti revolusi sains, teknologi, teknik, dan matematika atau STEM yang telah memberikan dunia sumber energi baru dan terbarukan, seperti genom editing. teknologi, kecerdasan buatan (AI), komputasi kuantum, dan blockchain merupakan tanda bahwa dunia sedang bergerak cepat.
“Ketika respons terhadap teknologi berbeda, kita harus melihatnya sebagai peluang yang sangat berharga. Saya berharap dengan memadukan kreativitas dan inovasi, Universitas Prasetiya Mulya kembali menjadi yang terdepan dalam inovasi di Indonesia. Jika kita terbuka dan siap menerima perubahan tersebut, maka akan ada ruang untuk pengembangan pribadi dan kolektif. “Ini perubahan yang berasal dari internal, dari kita,” ujarnya dalam siaran pers, Jumat (8/12). /2023).
Baca Juga: Yuda Turana Diangkat Rektor Unika Atma Jaya yang bertugas mendirikan kampus induk.
Prof Stella Christie dari Tsinghua University yang juga pakar dunia di bidang psikologi kognitif berkesempatan memaparkan makalah ilmiah dan menjelaskan bahwa di era agresi manusia terhadap kecerdasan buatan (AI) dengan dihadirkannya revolusi, ketakutan adalah hal yang patut kita rasakan, ketakutan bukan berarti buruk, justru ketakutan ini memperingatkan mereka bahwa akan ada persaingan.
“Ketakutan ini harus dibarengi dengan kesadaran bahwa meski sangat berguna, kecerdasan buatan (AI) tidak secerdas yang kita kira. “Oleh karena itu, kita perlu memiliki pedoman yang memungkinkan kita bersaing dengan sukses berkat kemampuan yang tidak dimiliki AI. Kalau kita hanya punya kemampuan yang dimiliki AI, maka kita akan tertinggal dan kalah bersaing di masa depan,” ujarnya.
“Skill pertama yang perlu dimiliki adalah human awareness skill yang merupakan fitrah kita sebagai manusia, karena secanggih apapun AI, tetap perlu dikendalikan oleh manusia. Yang kedua adalah pemikiran sistem. karena AI tidak bisa berpikir jernih, dan Prof. Stella menjelaskan bahwa AI hanya berdasarkan “data sampai manusia bisa berpikir jernih. Saat ini, saya harap Anda masih mengingat dua pedoman ini untuk sukses bersaing di era kecerdasan buatan (AI).”
Pada wisuda tahun ini, Universitas Prasetiya Mulya dengan bangga melepas 1.281 lulusan terbaiknya dari beberapa program studi seperti School of STEM (Science, Technology, Engineering and Mathematics), School of Law and International Studies serta School of Business and Ekonomi. .
Baca Juga: Persiapkan, UTBK SNBT 2024 Ada Soal yang Harus Diisi, Cek Detailnya
Seperti tahun sebelumnya, selain predikat Cum Laude, Prasetia Mulya juga meraih penghargaan lulusan pada kategori Akademik Terbaik, Prestasi Terbaik, Prestasi Akademik Terbaik Program Sarjana, LEAMICA Terbaik, Rekan Terbaik. for Community Development, sebuah penghargaan bagi lulusan STEM dan wanita berprestasi di bidang mahasiswa STEM.
Mahasiswa Universitas Prasetiya Mulya juga mendapatkan penghargaan dari berbagai perusahaan yang menunjukkan bakatnya seperti yang diberikan oleh Dexa, Pharos, MSIG, Medco dan CAR. Selain itu, berbagai prestasi yang diraih mahasiswa Universitas Prasetiya Mulya pada tahun 2023 antara lain menjuarai 42 kompetisi nasional dan 8 kompetisi internasional.
Clarissa Christy Harimas, S.T.P. selaku Woman in STEM Best Graduate 2023 yang juga menerima Pharos Award mengumumkan dampak pesannya pada wisuda tahun ini.
“Perjalanan empat tahun ini sangat berkesan bagi saya karena saya bisa menghabiskan waktu bersama teman-teman dan guru-guru yang suportif. “Selama saya kuliah di Universitas Prasetia Mulya terdapat berbagai kesempatan untuk pengembangan diri, sehingga saya sangat bersyukur dapat memanfaatkannya dengan baik sehingga akhirnya dapat mencapai hasil yang maksimal,” ujar Clarissa.
Prof Dr Jisman S. Simanjuntak selaku Rektor Universitas Prasetiya Mulya dalam pidato penutupnya mengatakan bahwa menjadi manusia adalah sebuah pelajaran yang abadi. Di era kecerdasan buatan, kita harusnya mampu bersaing karena kita adalah orang-orang kuat dari seratus tahun yang lalu dengan otak yang memiliki kemampuan luar biasa.
“Oleh karena itu, jadilah duta perubahan gaya hidup, jadilah duta pembebasan diri dari cengkeraman naluri buruk. “Perpisahan dan kesuksesan besar menanti mahasiswa Universitas Prasetiya Mulya yang saya cintai,” tutupnya.