Landmark Budaya Floratama di Parapuar, Destinasi Wisata Baru di NTT

LABUAN BAJO – Badan Pelaksana Badan Otorita Labuan Bajo Flores (BPOLBF), kini tengah mengembangkan kawasan pariwisata terpadu di Labuan Bajo. Daerah yang diberi nama Parapuar ini berasal dari dua kata dalam bahasa daerah (bahasa Manggarai) yaitu Para yang berarti pintu atau gerbang dan Puar yang berarti hutan.

Pemilihan nama tersebut didasarkan pada prinsip bahwa kawasan yang akan dikembangkan akan mengedepankan nilai-nilai kelestarian ekologi dan menjaga keaslian kawasan yang merupakan hutan produksi, yaitu Hutan Nggorang Bowosie. Kawasan ini dikelilingi oleh 2 desa (Desa Golo Bilas dan Desa Gorontalo) dan kecamatan Desa Wae Kelambu, Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat.

Ada empat kawasan yang akan dibangun di atas lahan seluas 400 ha di kawasan Parapuari. Salah satunya Kawasan Budaya yang rencananya akan dibangun di lahan seluas 21,69 ha dari total luas 114,73 ha. Pengembangan kawasan ini terdiri dari pusat kebudayaan seperti Hikayat Komodo, Taman Pertunjukan Budaya, Museum, Wisata Pertanian, Galeri Budaya, Cincin Api Flores View dan Bukit Doa, serta atraksi pendukung lainnya yang menunjang pariwisata dan menonjolkan budaya NTT.

Pengembangan kawasan ini bertujuan untuk menjadi etalase budaya Flores, Lembata, Alor dan Bima (Floratama), serta menonjolkan keunikan dan keragaman budaya lokal sebagai daya tarik wisata. Pengunjung dapat mengenal dan menikmati budaya dan kehidupan alam Flores selain menikmati kedamaian dan keindahan alam Labuan Bajo yang dikelilingi hutan dan perbukitan.

Menurut Shana Fatina, CEO BPOLBF, pengembangan kawasan Parapuar merupakan langkah pemerintah untuk memperbanyak destinasi dan atraksi wisata baru di Labuan Bajo, yang diharapkan dapat meningkatkan lama tinggal dan kunjungan wisatawan. kota Labuan Bajo.

“Saat ini destinasi wisata baru terus ditambah di Labuan Bajo. Kehadiran Parapuari akan menambah daftar ini. Tidak hanya sekedar destinasi, namun dilengkapi dengan atraksi yang dapat menambah alternatif wisata di daratan. Parapuari sangat lokasi yang strategis di pusat Labuan Bajo juga “jelas akan membuka lapangan kerja lebih luas dan membuka pasar baru bagi produk lokal Floratama,” kata Shana.

READ  Ingin Gunakan Skincare yang Manjur dan Aman, Cermati Bahan Dasarnya

Labuan Bajo sendiri sudah lama dikenal dengan keberadaan Taman Nasional Komodo yang menjadi rumah bagi satwa endemik Komodo (Varanus Komodoensis) yang menjadi daya tarik tersendiri. Berbagai upaya dilakukan pemerintah untuk menambah destinasi dan daya tarik wisata di Labuan Bajo selain Taman Nasional Komodo, dengan harapan wisatawan tidak hanya berkunjung ke laut dan pulau-pulau saja, namun juga menghabiskan waktu di kota Labuan Bajo dan berbelanja produk penduduk setempat. . suvenir..

Salah satu yang menjadi highlight dari zona budaya ini adalah pengembangan zona ini akan menjadi miniatur budaya Floratama dan akan dilengkapi dengan berbagai narasi budaya terkait sejarah Manggarai, Flores, Alor, Lembata dan Bima. kisah Commodus yang berkembang menjadi cerita rakyat. Selain itu, pengembangan kawasan yang bertujuan untuk menjadi etalase budaya Floratama ini akan banyak menampilkan pertunjukan budaya baik berupa tari, musik, lagu, konstruksi bangunan, kuliner, dan permainan tradisional.

Selain seluruh fasilitas dan atraksi tersebut, Proyeksi Kawasan Budaya akan ditawarkan dalam paket berbeda sehingga pengunjung dapat merasakan pengalaman menjelajahi budaya Floratama.

“Di Parapuar, perjalanan wisata bagi pengunjung akan kami integrasikan, salah satunya adalah pengembangan paket wisata di desa wisata di kawasan penyangga Parapuar. Kami menyiapkan masyarakat di desa penyangga Parapuar untuk terlibat dalam pengembangan kawasan wisata sekitar. Parapura melalui”. berbagai program pelatihan untuk meningkatkan pariwisata dan keterampilan kreatif masyarakat setempat,” jelas Shana.

Sebagai langkah aktivasi, BPOLBF dalam waktu dekat akan mulai memperkenalkan kawasan Parapuar kepada masyarakat dengan melakukan soft launching berupa mini acara Picnic Over The Hill (POTH) di Parapuar Area 1. Mini event ini akan digelar selama 2 hari, tanggal 11-12 November, menggunakan area yang sudah dibangun dan layak digunakan di area yang juga merupakan gardu pandang 0 Parapuar. Melalui mini event ini, POTH yang menargetkan 1.000 pengunjung menawarkan untuk menikmati pemandangan kota Labuan Bajo dari sore (sunset) hingga malam hari (stargazing).

READ  Buka Warung Bakso, Tanboy Kun Mulai Fokus ke Bisnis Kuliner

Saat ini pengembangan kawasan tersebut dilakukan melalui pembangunan infrastruktur dasar yakni jalan beraspal sepanjang 1,5 km. Pembangunan wilayah di masing-masing daerah rencananya akan dimulai pada tahun 2024, dimulai dengan pembangunan infrastruktur dasar seperti air, listrik, dan jaringan komunikasi. Lestarikan Budaya, Warga NTT Jabotabek Pertahankan Tradisi Tinju Tradisional Etu Ribuan warga Nusa Tenggara Timur (NTT) di Jabotabek menjaga tradisi budaya leluhur Etu atau tinju tradisional di Gerbang V Gelora Bung Karno (GBK). VIVA.co.id 17 Desember 2023

You May Also Like

About the Author: Dea

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *