Liputan6.com, Jakarta Dalam bahasa Indonesia, selalu ada perbedaan antara kata baku dan kata tidak baku. Kata baku adalah kata yang ejaannya sesuai dengan kaidah yang ditetapkan dalam Aturan Bahasa Indonesia, sedangkan kata tidak baku adalah kata yang ejaannya tidak sesuai kaidah. Salah satu contoh yang sering menjadi perdebatan adalah antara analisis dan analisis kata baku. Banyak orang mengalami kebingungan dalam menentukan ejaan yang benar untuk kata ini.
Menurut kaidah bahasa Indonesia yang benar, kata baku untuk “operasi” adalah “analisis”. Hal ini dapat menjadi perdebatan, karena banyak orang cenderung menggunakan kata “analisis”. Namun menurut aturan yang berlaku, ejaan kata baku yang benar adalah “analisis”. Oleh karena itu, kita harus memahami perbedaan kata baku dan kata tidak baku dalam bahasa Indonesia agar kita dapat menggunakan ejaan yang sesuai dengan kaidah yang berlaku.
Untuk lebih memahami kata baku parsing atau parsing yang benar, simak penjelasan lengkapnya di bawah ini seperti dihimpun Liputan6.com dari berbagai sumber, Senin (12/11/2023).
Kata baku adalah kata yang penulisannya menurut kaidah ejaan yang benar dalam bahasa Indonesia. Peran mereka adalah menjaga keseragaman ejaan dan penggunaan kata-kata tertulis sesuai aturan yang berlaku. Penggunaan kata baku penting untuk menjaga kejelasan dan variasi bahasa, serta memudahkan pembaca memahaminya.
Letak penggunaan kata baku biasanya terdapat pada karya tulis, dokumen resmi, surat kabar, majalah dan lain-lain. Perubahan terkini dalam penggunaan Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD) juga mempengaruhi penggunaan kata baku dalam penulisan, dengan aturan ejaan dan penggunaan kata kini lebih baku.
Dalam hal penguraian atau parsing kata baku, ejaan yang benar adalah sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang benar, yaitu “parsing” menurut Ejaan Bahasa Indonesia (EYD) yang berlaku saat ini. Oleh karena itu, penggunaan kata baku dalam penulisan perlu diperhatikan agar ejaan dalam bahasa Indonesia tetap seragam, jelas, dan benar.
Kata-kata yang tidak baku muncul karena pengaruh lingkungan sekitar dan faktor sejarah. Perubahan ejaan atau pengucapan kata dapat terjadi karena pengaruh dialek daerah, bahasa asing atau kemajuan seiring berjalannya waktu. Contoh kata yang tidak baku adalah “analisa” yang seharusnya dieja menjadi “analisis” menurut kaidah bahasa Indonesia yang benar.
Pentingnya memahami perbedaan kata baku dan kata tidak baku adalah agar kita dapat menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Dengan memahami perbedaan-perbedaan tersebut, kita dapat menghindari kesalahan dalam menulis dan berbicara untuk menjaga keaslian bahasa Indonesia. Oleh karena itu, Anda harus selalu memperhatikan ejaan dan pengucapan kata agar tetap sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang benar.
Dalam menggunakan bahasa Indonesia kita harus memahami mana kata yang baku dan mana yang tidak baku untuk menghormati dan memperkaya keberagaman bahasa Indonesia.
Ejaan yang benar untuk kata yang merujuk pada proses menganalisis sesuatu adalah “analisis” menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Analisis merupakan kata baku yang benar dan mempunyai ejaan yang sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia.
Sebaliknya, kata “analyze” merupakan serapan dari bahasa Inggris “analyze” yang tidak diakui secara resmi dalam KBBI. Proses penyerapan ini terjadi karena pengaruh bahasa asing dan lazim digunakan dalam percakapan sehari-hari.
Contoh penggunaan kata “analisis” yang benar:
“Hasil analisis data menunjukkan pola yang menarik.”
Oleh karena itu, sebagai penutur bahasa Indonesia yang baik, kita wajib menggunakan kata “analisis” yang merupakan kata yang baku dan sesuai ejaan yang benar menurut KBBI dalam komunikasi sehari-hari.
Kata baku adalah kata yang ejaannya tidak berubah, sedangkan kata tidak baku atau kata turunan adalah kata yang ejaannya dapat berubah tergantung bentuknya. Dalam istilah analisis atau analisis kata baku, kata yang benar adalah analisis.
Agar lebih lengkap mengenai kata baku dan kata tidak baku, berikut 50 contoh kata tidak baku dalam bahasa Indonesia beserta bentuk dasarnya:
1. berbicara (standar: berbicara)
2. Belgac (Standar: Perilaku)
3. Gunakan (default: gunakan)
4. bodoh (bodoh: bodoh)
5. Penindasan (standar: merugikan)
6. mengancam (standar: mengancam)
7. mengganggu (standar: mengganggu)
8. Benrin (default: perbaiki)
9. Malas (Standar: malas)
10. kerusakan (standar: kerusakan)
11. Nyebelin (Standar: menyebalkan)
12. Masuk (default: Masuk)
13. Nyerocos (Standar: Gurun Tanpa Henti)
14. Kajian (Standar: Riset)
15. Ngalvan (Standar: Vs.)
16. Cetak (default: cetak)
17. Batuk (Standar: merokok)
18. Nginlingin (standar: menghilangkan)
19. Bicara (Standar: Ceritakan Sebuah Kisah)
20. Mimpi (Standar: Bayangkan)
21. Mengemudi (Standar: Mengemudi)
22. Sunting (Bawaan: Sunting)
23. Negofi (Standar: Minum kopi)
24. mengerti (benar: mengerti)
25. Cekikikan (Standar: tertawa)
26. simpan (Standar: simpan)
27. Manbutin (standar: referensi)
28. Diusir (Standar: kuliah)
29. Marah (Standar: Marah)
30. Mendengkur (Standar: mendengkur)
31. Tweet (Standar: Menulis di Twitter)
32. Mengeluh (standar: mengeluh)
33. Mencatat (standar: mencatat)