REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Para ilmuwan antariksa mengajukan gagasan memasang pelindung matahari atau sunblock di orbit untuk membantu memerangi dampak global perubahan iklim. Sebuah kelompok ahli dibentuk untuk mempelajari dan mempromosikan gagasan tersebut.
Dikutip dari situs Luar Angkasa, Rabu (20/12/2023), inovasi penghalang surya ini sudah dibicarakan selama bertahun-tahun. Kini, Sunshade Planet Foundation telah menerbitkan artikel yang mendukung konsep tersebut dan menyoroti kepraktisan pendekatan tersebut.
Penghalang surya berbasis ruang angkasa dianggap sebagai solusi terbaik untuk mengelola radiasi matahari. Menurut para peneliti, hal ini bisa menjadi bagian penting dari upaya global untuk memerangi perubahan iklim yang sedang berlangsung di Bumi.
Diketahui bahwa upaya memerangi dampak perubahan iklim bergantung pada tiga pilar: pengurangan emisi, penghilangan karbon dioksida, dan pengelolaan radiasi matahari. Memasang pelindung matahari di orbit dapat membantu pilar ketiga, namun masih perlu didukung oleh upaya lain.
“Untuk menghindari dampak terburuk perubahan iklim, dunia harus segera berhenti menggunakan bahan bakar fosil, menghilangkan gigaton karbon dari atmosfer dan membatasi radiasi matahari yang masuk,” kata direktur eksekutif Planetary Sunshade Foundation Morgan Goodwin.
Katanya, metode tabir surya yang mereka rekomendasikan memiliki banyak keunggulan yang layak untuk diinvestasikan. Disajikan sebagai “megastruktur” di luar angkasa, perisai surya diusulkan untuk dipasang di titik Matahari-Bumi Lagrange-1.
Jika diterapkan, teknologi ini dapat mengurangi radiasi (dan panas di atmosfer akibat gas rumah kaca) dengan memantulkan kembali sinar matahari ke luar angkasa. Kerai menggunakan teknologi layar surya awal yang telah dikembangkan.
“Kemajuan teknologi yang pesat dalam sistem peluncuran luar angkasa telah menyebabkan biaya pengiriman material dan manusia ke luar angkasa turun dengan cepat, sehingga mengubah cakupan dari apa yang mungkin dilakukan,” kata Goodwin.
Menurut Sunshade Planetary Foundation, ada dua kemungkinan strategi konstruksi kerai. Tahap awal konstruksinya adalah arsitektur yang diluncurkan dari Bumi, sedangkan tahap selanjutnya akan menggunakan sumber daya ruang dan konstruksi di luar angkasa.
Meski banyak yang menilai menjanjikan, namun ada pula yang kurang setuju karena dianggap bertentangan dengan kodrat. Menanggapi hal tersebut, Goodwin mengatakan manusia telah merusak alam secara besar-besaran melalui praktik industri.
Sementara itu, kelangsungan hidup manusia sebagai sebuah peradaban bergantung pada kemampuan secara cerdas dan sengaja mengubah cara mereka berinteraksi dengan Bumi. Goodwin juga memperingatkan bahwa tahun ini akan menjadi tahun terpanas yang pernah tercatat.
Suhu keseluruhan tahun ini melampaui rekor pada tahun 2022, yang juga melampaui tahun sebelumnya, 2021. “Seiring dengan meningkatnya laju dan dampak pemanasan, akan ada lebih banyak taktik dan perspektif yang tersedia,” kata Goodwin.